News
Agar Tidak Kecanduan, Kapan Sebaiknya Anak Diizinkan Menggunakan Gadget?

(DetikHealth)
Jakarta, Jangan biarkan bayi Anda sendirian menonton televisi. Jangan biarkan pula balita Anda terbiasa memainkan smartphone. Paparan perangkat digital sejak dini dan berlangsung terus-menerus, dampaknya tidak baik. Anak bisa kecanduan dan menyebabkan emosinya tidak stabil. Lantas, kapan sebaiknya anak diizinkan menggunakan gadget?

"Sebaiknya selambat mungkin," ujar psikiater dan praktisi pendidikan anak di Korea Selatan, Yee-Jin Shin dalam buku Mendidik Anak di Era Digital: Kiat Menangkal Efek Buruk Teknologi, dan ditulis detikHealth pada Selasa (21/10/2014).

Menurut Yee-Jin Shin, jika anak terpapar perangkat digital sejak dini maka dampaknya ke otak akan semakin fatal. Untuk itu cara terbaik adalah dengan selambat mungkin memperbolehkan anak menggunakan perangkat digital.

Namun Yee-Jin Shin menekankan bukan berarti jika anak lambat mengenal gadget maka orang tua bisa tenang. Sebab, katakanlah anak mulai mengenal gadget di usia 7 tahun, lalu aktif memainkannya, dia pun bisa kecanduan. Apalagi faktanya perangkat digital bisa merusak otak anak di segala lapisan umur.

Perangkat digital telah menghalangi kesempatan anak untuk merangsang berbagai macam sensor motorik dan merampas kesempatan anak menjalin ikatan emosional dengan orangtuanya. Semakin sering anak terpapar perangkat digital maka akan semakin besar pula kemungkinan anak mengalami kesulitan dalam perkembangan emosi, daya konsentrasi, dan daya pikir.

Sebenarnya sangat wajar anak menyukai stimulus dari perangkat digital sebab perangkat tersebut memiliki gambar yang unik dan menarik, tampilan yang cepat berubah, maupun aneka bunyi dering yang menarik. Ketika menggunakan perangkat digital, sel saraf otak yang penting akan saling terhubung dan membentuk sirkuit sel saraf otak. Lama-kelamaan otak anak hanya akan merespons stimulus dari perangkat digital.

Pernahkah Anda melihat anak yang menangis kencang saat orang tuanya mengambil smartphone dari tangan anak itu? Ini memperlihatkan bahwa sel-sel saraf otak yang menginginkan stimulus dari smartphone bekerja sangat kuat di dalam otak anak
Tak disangkal banyak orang tua yang memberikan perangkat digital pada anaknya sejak dini antara lain dengan alasan agar anaknya melek teknologi dan bisa belajar banyak dari sana. Orang tua juga kerap kali berpikir 'ah tidak apa-apa memberikan smartphone barang sejenak pada bayi saya untuk membuatnya berhenti menangis'. Tapi dari keinginan orang tua itu, ada hal penting pada anak yang justru menjadi korban.

Alih-alih menyodorkan aneka macam perangkat digital, orang tua sebaiknya menanamkan pemahaman positif agar anak terbiasa memaksimalkan daya nalar dan kreativitas sesuai usianya. Caranya gampang, manfaatkan saja segala hal yang ada di sekitar seperti tali, ban, cat, dan sebagainya, lalu biarkan anak berkreasi.

Ketika anak menanyakan tentang sesuatu, ada baiknya orang tua mengarahkan dia untuk mencari tahu jawaban sesuai pemikirannya sendiri, ketimbang memberikan jawaban yang telah diketahui orang dewasa. Yee-Jin Shin mengatakan, orang tua bisa menjawab pertanyaan anak dengan bertanya 'menurutmu bagaimana'. Dengan demikian akan ada interaksi tanya jawab dan diskusi, sehingga daya nalar anak semakin berkembang. Kreativitas anak pun akan semakin terasah.

"Jadi terlepas dari usia dan jenis kelamin anak, Anda perlu memberikan perhatian dan pengawasan secara terus-menerus. Hanya itu satu-satunya cara untuk bisa menjaga otak anak kita tetap sehat di dunia yang dikendalikan oleh perangkat digital ini," lanjut Yee-Jin Shin.